December 05, 2011

LittLe NoTe aBouT LiFe...

Morning all... Time to against the world...
long time no write here... miss writing time here...

Pagi ini niatnya ingin membagikan sebuah cerita yang secara ga sengaja saiah baca sebelum memulai aktivitas pagi ini di kantor... Cerita ini nyata dan menurut saiah cerita ini sangat menggugah hati... I mean it!!!


Cerita itu berjudul "Bapak Tua Penjual Amplop Itu..."



"Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.


Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.



Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.



Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.


Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi. Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.


Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.



Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.



Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.



Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku."

(Penulis Bpk. Rinaldi Munir - Dosen ITB)

Apa yang kalian rasakan setelah membaca cerita ini??? Kalo Saiah, sangat merasa malu pada diri sendiri... Menangis di dalam hati... Betapa Tuhan telah berbaik hati kepada saiah namun belum cukup rasa bersyukur saiah KepadaNYA... selalu tidak pernah puas dengan yang di dapatkan... selalu ingin lebih... dan dengan gampangnya membuang2 rezeki itu... padahal masiyh banyak di luar sana yang tidak seberuntung kita... Masiyh banyak yang membutuhkan kita... Temand, Semoga cerita ini dapat menggugah hati kecil kita... di awal bulan Muharram tahun baru ini perbanyaklah berbagi ke sesama... karena "Sebaik-baik diantara kamu adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya."

HAPPY MONDAY ALL... ^_^

July 26, 2011

LasT WoRds FoR mY...

"Apapun yang terjadi,
ku kan slalu ada untukmu...

Janganlah kau bersedih,

Coz' everything gonna be okay..."

(Bondan Feat. Fade2Black - Ya Sudahlah)


Ga akan ada lagi yang akan bersenandung lagu ituw di telinga ini... satu lagi... satu lagi musibah yang harus di terima dengan ikhlas dan lapang dada... Satu lagi jadi "The HardEst DaY in My LiFe" Kali ini dya... dya yang kusayang... Akhirnya, Allah lebih menginginkan dya untuk berada di sisiNYA... Akhirnya dya tidak bisa bertahan dalam sakitnya... Akhirnya dya menyusul mas arif ke pangkuan Sang Pencipta... Minggu, 24 Juli 2011 pukul 15.10 dya menghembuskan nafas terakhirnya... Dya terbebas dari rasa sakitnya karena gagal ginjal yang telah membuatnya menderita 10 bulan terakhir ini...

Kata-kata terakhirnya yang ga akan pernah hilang di ingatan "Kamu yang sabar, Jangan mikir macem-macem... Everything gonna be okay... Harus bisa ngertiin mamah... Aku sayang kamu..." that words so mean to me...

Endar Prasetyo namanya... Sekitar 12 Tahun lalu aku mengenalnya... dan selama itu pula penilaian terhadapnya ga berubah sama sekali... bertanggung jawab, ga pernah tinggal sholat, humble, supel, mungkin semua yang baik ada pada dirinya... Dan aku sangat bersyukur karena dalam 5 bulan terakhir ini Allah memberikan kesempatan untuk bisa mendampinginya... Menjadikannya seseorang yang berarti dalam hidup ini... "Dear YOU before I met you, I never knew what it was like to look at someone and smile for no reason..." He is so mean to me... So Damn Mean To Me!!! I Love him much...

"Dearest My... Thanks for all u gave to me... Everything so mean to me... And you're everything to me... Every memories will be beautifull... Never forget your voice when you singing, when you give me advice, when you give me many time together and when you make me smile by doing nothing at all but only be yourself... Yesterday I watch sky and stars in the night... But, its not the same without you... Our dreams maybe not come true... but the hope will be alive forever... And I believe you're still here... Always here... In My Heart... Allah love You more than me... Hope we'll meet again... In Paradise... Just Rest In Peace My... I love You..."